Mengajarkan Makna Kompetisi pada Anak
Apakah Anda pernah atau sering mengikutsertakan anak Anda ke berbagai jenis perlombaan? Kalau saya sih iya, sangat sering malah. Bukan hanya perlombaan yang diselenggarakan oleh sekolah, namun saya juga sering mendaftarkan anak saya di lomba-lomba lokal yang diselenggarakan oleh brand tertentu.
Hal yang men-trigger saya untuk mengikutsertakan anak saya mengikuti lomba di akhir pekan memang bermula dari lomba yang diselenggarakan oleh sekolah anak saya, di mana anak saya mendapat peringkat ketiga saat ini. Dengan didorong oleh wali kelas kakak, dari situ saya mulai memahami kegiatan apa yang menjadi favorit anak saya, yakni menggambar dan mewarnai. Mungkin sudah bakat turun temurun kali ya, sebagian besar keluarga saya memang sangat menyukai seni. Tapi bukan dengan unsur paksaan ya, moms. Setiap kali saya mendaftarkan anak saya di suatu perlombaan tertentu, saya selalu menanyakan pendapat anak saya, jadi semua atas kesepakatan bersama.
Teman Baru
Salah satu manfaat yang diperoleh dari kegiatan lomba seperti ini adalah mendapatkan teman baru. Saya selalu memotivasi anak saya untuk mulai berkenalan dengan para peserta lainnya. Perlombaan bukan hanya tentang kompetisi ya, moms. Dari kegiatan ini, saya mendorong anak saya untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain, terutama orang baru. Anak saya yang pada dasarnya malu jika berada di lingkungan yang baru, mulai membiasakan diri untuk berkenalan dan bermain dengan teman-teman barunya sebelum kompetisi.
Bukan hanya anak, saya pun juga sering memanfaatkan kegiatan ini untuk berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lainnya. Tidak jarang saya bertanya bagaimana tips dari ibu-ibu senior agar bisa memotivasi anak belajar, sharing tentang parenting, kegiatan sekolah, dan lain-lain. Biasanya orang tua yang mengikutsertakan anak untuk mengikuti kegiatan lomba memiliki visi dan misi yang cukup sejalan dengan kita terutama terkait pendidikan mental anak.
Motivasi dan Perbaikan Diri
Walaupun anak saya pernah mendapatkan peringkat ketiga lomba mewarnai yang diselenggarakan sekolah, saya tidak ingin anak saya seperti katak dalam tempurung, saya ingin anak saya terus memperbaiki dan memotivasi dirinya untuk bisa mewarnai lebih baik lagi. Dan benar saja, tidak jarang anak saya tidak mendapatkan peringkat saat mengikuti lomba di wilayah yang lebih luas. Banyak sekali anak-anak seumuran anak saya di luar sana yang sangat berbakat dan memahami teknik gradasi tingkat dewa, hahaha. Konon mereka mengikuti les mewarnai di lembaga profesional.
Ingat ya, moms. Jangan pernah menunjukkan raut muka kecewa jika anak Anda gagal dalam kompetisi. Saya selalu berkata pada anak saya bahwa kalah tidak masalah, namun anak saya harus mengakui kekalahan tersebut dan belajar menjadi lebih baik. Bagi saya ini sebuah pelajaran hidup yang penting, mengingat saat ini banyak sekali kejadian anak yang depresi karena takut gagal dan takut tidak mampu memenuhi tuntutan yang tinggi dari keluarganya, naudzubillah.
Manajemen Waktu
Pada awal mula mengikuti lomba, anak saya selalu mengerjakan secara terburu-buru, padahal waktu yang disediakan oleh juri sangat lama, yakni 90 menit. Anak saya selalu menyelesaikannya di 30 menit pertama dengan hasil yang sesuai dengan waktu yang digunakan, kurang rapi. Dari situ saya berusaha menjelaskan bahwa waktu 90 menit itu adalah waktu yang sangat-sangat cukup bagi kakak untuk mewarnai secara rapi dan kreatif. Kakak bisa memanfaatkan waktu tersebut bukan hanya untuk sekedar mewarnai, namun juga berimaginasi secara kreatif tentang figur-figur yang bisa ditambahkan.
Perlombaan bagi kami, bukan sekedar dimaknai sebagai sebuah kompetisi, namun banyak pelajaran hidup yang jauh lebih penting dari sekedar kompetisi.
Nah, biasanya sepulang dari lomba, saya akan mengajak anak saya untuk refreshing.
Mari bersama-sama menjadi lebih baik dan jangan lupa bahagia, moms!
Komentar
Posting Komentar