Pernahkah saya 4l4y (saat muda)?

Banyak orang berpendapat bahwa masa muda adalah masa pencarian jati diri. Dalam usia ini, anak muda pada umumnya mencari sebuah 'arti' dari kehidupannya, mencari arti sebuah kebebasan, dan mengeksplorasi lingkungan, dengan cara mengumpulkan banyak teman, mencoba hal-hal yang baru, yang bahkan terkadang harus melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh para manusia dewasa. Menurut pandangan penulis, masa muda sebenarnya adalah masa yang rentan dan butuh ekstra pendampingan dari para manusia dewasa, dalam masa ini anak muda masih belum dapat menentukan mana hal yang baik atau buruk, mana sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Orang tua sebaiknya melakukan pendampingan dan pemantauan, bukan pembatasan. Pembatasan yang dilakukan oleh orang tua terkadang memicu anak untuk melakukan pemberontakan, yang pada akhirnya membuat sebuah jarak antara anak dengan kedua orang tuanya.

Alay merupakan singkatan dari anak layangan. Konon istilah ini muncul dengan menganalogikan anak kampung yang seneng main layangan hingga rambutnya memerah seperti rambut jagung. Alay memang biasa digunakan untuk menyebut anak-anak jaman now yang mengecat rambutnya dengan warna-warna di luar kebiasaan. Selain itu, istilah alay juga biasa digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang suka nulis ataupun bicara dengan kata-kata tidak baku, seperti "saya diganti q atau kadang akkoooeh", "-nya dengan -x". Alay juga merupakan sebutan bagi anak-anak yang suka nongkrong buat godain cewek, atau bagi anak cowok yang suka berantem dengan alasan yang kurang jelas, serta bagi anak cewek yang kerjaannya ngomongin atau ngeributin cowok. Anak alay cenderung  suka narsis. Media sosial yang cukup trend di masa muda saya adalah friendster, biasanya halaman profil friendster dari anak alay akan dipenuhi oleh glitter warna-warni dan foto selfi dengan gaya-gaya yang alay. Masya Alloh.
Menurut pendapat Selo Soemaridjan (salah satu tokoh pendidikan Indonesia), pengertian alay adalah 


“Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu.”

Istilah alay sendiri saat ini telah mengalami pergeseran menjadi "anak jaman now".

Lalu, pernahkah saya menjadi anak 4l4y?

1. Cara Menulis dan Bicara
Kalau dilihat dari cara saya menulis sms (saya baru punya hp saat SMA), memang ada beberapa karakter yang saya ganti demi mengikuti penyebutan kekinian pada masa muda saya, seperti "aku menjadi q", "kamu dengan u", dan "-nya dengan -x". Tapi selain alasan kekinian, penghematan mungkin merupakan alasan yang paling tepat. Di jaman saya SMA, belum ada yang namanya whatsapp, email pun belum menjadi trend, apalagi yang namanya chatting.(Maklum saya tinggal di kampung). Biaya pengiriman sms adalah berbeda-beda tergantung operator yang digunakan, kalau tidak salah biaya untuk sms saat itu sekitar Rp.450,-/255 karakter (FYI). Mahal ya.. iya, banget... tidak seperti sekarang di mana semua biaya internet dihitung berdasarkan besaran kuota.
Untuk gaya bicara, saya sama sekali tidak terpengaruh dengan pergaulan saat itu. Saya yang notabene tinggal di kampung, dan paling 'kampungan' mungkin jika dibandingkan dengan teman sekelas lainnya, tidak mudah terpengaruh untuk mengucapkan bahasa gaul yang biasa dipakai oleh teman-teman saya saat itu. Teman-teman saya biasa menirukan logat ala jakarta saat berbicara. Penggunaan kata sapaan 'loe' dan 'gue' dengan logat yang 'medok' adalah gaya kekinian pada jaman itu. Pertahanan diri saya saat itu cukup kuat untuk tidak terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Kamu tahu kenapa??? (penting ya.....) karena saya tidak memiliki cukup banyak teman untuk diajak bergaul, hahaha... Selain itu, mama saya adalah guru bahasa Indonesia, sehingga mama saya sangat menekankan penggunaan bahasa Indonesia yang baku, ramah, dan sopan dalam pergaulan sehari-hari.

2. Cara Berpakaian
Sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas, saya tidak cukup gaul untuk bisa mengetahui apa busana kekinian yang biasa dipakai anak alay pada masa kejayaan saya. Sebenarnya, dalam hati kecil, ada beberapa keinginan untuk menirukan gaya dari beberapa teman perempuan yang cukup populer pada masa itu. Namun saya cukup malu untuk melakukannya.
Pernah suatu ketika, saya menirukan gaya berpakaian song hye kyo  di drama korea Full House yang merupakan drama korea cukup hits pada saat itu. Namun, saya cukup melakukan itu di rumah. 
Beginilah kira-kira beberapa tampilan yang saya tirukan, cukup alay bukan?

Kesimpulannya, sebagai seorang Ibu yang memiliki anak gadis yang suatu saat nanti juga akan beranjak dewasa. Saya sebagai ibu harus cukup melek untuk mengetahui gaya kekinian atau jenis alay seperti apa yang sedang berkembang saat ini. Pengetahuan tersebut bermanfaat agar saya dapat memantau dan mengarahkan anak saya yang sedang dalam masa jaya ini agar dia mampu melindungi serta memilih pergaulan yang tepat.

Mari para Ibu, kita harus cukup gaul dan bukan alay untuk menjadi sahabat bagi anak kita, bukan dengan cara melarang yang pada akhirnya justru memicu pemberontakan anak-anak kita.

Demikian,
Salam sayang keluarga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Outbond di Pelita Desa Ciseeng

Berkenalan dengan Data Mikro BPS

Kesan Bersekolah di TKIT Alkhairaat